LAHIRNYA NABI MUSA

Bani Israil sedang mendapatkan cobaan yang sangat berat dari Allah. Raja Fir’aun yang berkuasa saat itu sedang memerintahkan pembunuhan terhadap setiap bayi laki-laki, termasuk bayi laki-laki yang baru dilahirkan. Perintah itu berawal dari sebuah mimpi bahwa akan lahir seorang bayi laki-laki dari kaum Bani Israil yang setelah dewasa kelak akan menghancurkan kerajaan Fir’aun. Kaum Bani Israil sangat ketakutan, karena Fir’aun tidak pernah main-main dengan keputusan yang telah ia jatuhkan.
       DI SEBUAH RUMAH sederhana, seorang ibu nampak cemas. Ia merasa akan melahirkan bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan lebih. Keringat dingin mengalir dari pori-porinya. Antara sakit dan ketakutan yang luar biasa berbaur menjadi satu. Sang ibu khawatir jangan-jangan ia melahirkan anak laki-laki. Sementara itu diluar rumah nampak pasukan-pasukan Fir’aun yang terus berpatroli mencari-cari anak laki-laki Bani Israil untuk ditangkap dan dibunuh. Si ibu bersembunyi di dalam kamar tertutup dirumahnya. Tak lama kemudian lahirlah seorang bayi lucu yang ternyata laki-laki! Si Ibu bersyukur karena bayinya lahir dengan sehat dan selamat, lalu ia beri nama, Musa. Namun rasa ketakutan ancaman Fir’aun masih menghantuinya. Sang ibu menyusui anaknya secara sembunyi-sembunyi, hingga pada suatu hari ia mendapatkan ilham dari Yang Maha Welas Asih, “...susuilah dia dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke dalam sungai Nil. Janganlah kamu khawatir dan jangan pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya salah seorang dari para rosul”
       Tanpa pikir panjang, si Ibu segera membuat peti kecil. Setelah ia menyusui bayinya, diletakkannya si bayi kedalam peti mungil itu dengan sangat hati-hati. Kemudian ia pergi ketepi sungai Nil ditemani anak perempuannya, Maryam, kakak si bayi.
       “Maryam...Ibu harap kau bisa menjaga adikmu baik-baik.... “bisik sang Ibu kepada anak perempuannya. Kemudian ibu meletakan peti bersama bayinya ke dalam sungai dan membiarkan peti itu hanyut bersama aliran sungai. Hati sang ibu merasa amat sedih, tetapi ia menyadari Allah lebih Pengasih terhadap Musa dibandingkan dengan dirinya, “Ya Allah ... Lindungilah dan selamatkanlah buah hatiku....”
       Arus sungai Nil seolah berubah menjadi lembut terhadap bayi yang dibawanya yang pada suatu hari nanti akan menjadi Nabi. Dengan penuh kelembutan air sungai membawa peti itu menuju istana Fir’aun. Sementara Maryam terus mengikuti dan mengawasi dari jauh. Tiba-tiba Maryam terhenyak..
       “Hahh?!.. benarkah yang kulihat?!.. adikku sampai ke istana Fir’aun!..  Aku tidak bisa mengikutinya terus... Aku bersembunyi saja dibalik semak-semak ini dan mengawasinya dari sini”.
       Peti mengapung-apung di sungai yang membelah area taman kerajaan. Nampak istri Fir’aun sedang berjalan-jalan ditaman bersama dayang dan pengawal. Tiba-tiba...
       “Hei! Lihat..! Ada peti disana!, “teriak salah satu dayang.
       “Ya! Ayo kita ambil!”
       Para dayang membawa peti itu ke hadapan istri Fir’aun.
       “Hmm...peti yang mungil... Pengawal! Bukalah... aku ingin tahu apa isi peti ini.., “perintah istri Fir’aun.
       Betapa terkejutnya mereka ketika melihat isi peti itu.
       “Ooh...bayi laki-laki yang lucu! Mengapa kau berada disini..? Mana ibumu nak..?, “ujar istri Fir’aun sambil mendekap bayi itu dengan penuh kasih sayang, ia merasakan suatu kebahagiaan bagaikan menemukan anaknya sendiri yang telah hilang. Allah telah menanamkan dalam hatinya rasa cinta kepada Musa. Istri Fir’aun membawa bayi itu ke dalam istana. Sementara itu Maryam mulai ketakutan melihat adiknya dibawa masuk ke istana. Ia hanya bisa pasrah kepada Allah. “Ya Allah hanya Engkaulah yang dapat melindungi adikku dari segala marabahaya...”
       Dengan menggendong bayi, istri Fir’aun langsung menemui suaminya. Wajahnya ceria dan berseri-seri.
       “Kanda.. Lihatlah apa yang kubawa..”
       “Hah? Bayi?! Dari mana kau mendapatkannya!”
       “Aku menemukannya di dalam peti kecil yang hanyut di sungai. Kanda... Aku ingin menjadikannya bayi ini sebagai anak angkat kita dan aku berharap kelak ia akan menjadi pangeran yang gagah..”
       “Dinda permaisuri! Ingat! Bayi ini pasti salah satu anak Bani Israil. Sesuai keputusanku, semua bayi laki-laki yang lahir harus dibunuh!”
       Mendengar jawaban suaminya, istri Fir’aun berteriak dan mendekap bayi itu lebih erat.
       “Kanda! Engkau tidak akan kubiarkan membunuh bayi ini. Karena ia adalah penyejuk mata bagiku dan bagimu. Pasti anak ini kelak akan bermanfaat bagi kita, Kanda..!”
       Fir’aun tampak keheranan melihat reaksi istrinya atas keputusan yang telah ia tetapkan. Ia tercengang melihat istrinya berlinang air  mata sambil mendekap bayi temuan itu dengan erat. Ia mulai sadar bahwa istrinya sangat menyayangi anak itu seperti anaknya sendiri. Fir’aun berkata dalam hatinya, “Hmm...Barang kali ia ingat bahwa ia tidak mampu melahirkan anak dan menginginkan anak ini”
       “Baiklah Dinda! Kalau memang itu akan membahagiakan hatimu, aku mengabulkan permohonanmu. Kita rawat dan kita didik ia agar menjadi pemuda yang gagah berani”
       Raut istri wajah Fir’aun memancarkan keceriaan dan kebahagiaan yang tiada tara.
       “Terimakasih Kanda....Terimakasih...”
       Fir’aun belum pernah menyaksikan istrinya seperti ini. Ia pun bahagia memandang wajah istrinya yang dipenuhi dengan senyum keceriaan.
       Sementara itu Musa kecil mulai menangis karena lapar. Dengan cepat Fir’aun memerintah pengawalnya, “Kalian dengar tangis anakku?! Ia sedang lapar... Panggil perempuan yang menyusui!”
       Tak lama kemudian datanglah seorang perempuan yang biasa menyusui bayi-bayi Bani Israil dengan imbalan beberapa dirham. Perempuan itu mencoba menyusui Musa, tetapi musa menolaknya. Lalu didatangkan perempuan kedua sampai ketiga, musa tetap menolak dan menangis. Bahkan sudah beberapa perempuan mencoba menyusui Musa namun ia tetap menangis menjerit-jerit. Istri Fir’aun nampak kebingungan, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia sangat sedih melihat bayinya menangis menjerit-jerit. Pada saat itulah Maryam yang selalu mengawasi adiknya dari jauh, memberanikan diri menghadap istri Fir’aun.
       “Ampun tuanku permaisuri.. hamba mengenal seorang ibu susuan yang baik. Barangkali ia dapat menyusui dan mengasuh bayi tuanku...”
       “Oh..ya? Cepat panggil dia kemari..., “ujar istri Fir’aun dengan penuh harap.
       Maryam segera bergegas menjemput ibunya. Tak lama kemudian datanglah ia bersama ibunya yang juga ibu sang bayi yang sedang menangis dalam dekapan istri Fir’aun. Hati sang ibu berdebar-debar karena takut rahasianya terbongkar, namun ia berusaha menguasai dirinya sehingga dengan tenang bayi digendongnya. Musa langsung menyusu pada ibunya dengan tenang. Tidak terdengar lagi jerit tangis seorang bayi. Suasana menjadi hening, semua yang di istana tercengang dengan kejadian itu. Mereka bertanya-tanya siapakah sebenarnya perempuan ini?
       “Kamu ini siapa?” tanya Fir’aun memecah keheningan.
       Ibu Musa tersentak kaget dan hampir saja mengatakan bahwa ia adalah ibu dari bayi itu. Namun Allah memberikan keteguhan hati kepada ibu Musa, sehingga rahasia itu tetap tidak diketahui oleh Fir’aun maupun orang-orang yang berada di istana.
       “Hamba memang memiliki  pekerjaan menyusui bayi-bayi Bani Israil, Paduka”
       Melihat hal itu istri Fir’aun sangat gembira, maka berkatalah ia, “wahai ibu... bawalah bayi ini sampai masa penyusuannya selesai, lalu kembalikanlah ia kepada kami. Kami akan memberimu suatu balasan yang besar atas penyusuan dan pendidikan yang engkau berikan”.
       Demikianlah Allah mengembalikan Musa kepada ibunya agar ia merasa gembira, hatinya menjadi tenang dan tidak bersedih. Ibu Musa menangis terharu atas karunia Allah yang begitu besar. Ia semakin yakin bahwa  janji Allah pasti akan dilaksanakan. Allah tidak pernah mengingkari janji untuk menolong orang-orang yang sabar dalam menghadapi segala macam cobaanNya. Sesuatu yang menurut akal manusia tidak mungkin terjadi, dengan mudahnya akan terjadi apabila Allah telah mendatangkan pertolonganNya.***

****************

0 komentar:

Posting Komentar

IP